Pura Tambang Badung: Warisan Leluhur, Ikatan Abadi Semeton Pemecutan

Di tengah denyut Kota Denpasar yang makin padat dan modern, berdiri sebuah pura tua nan agung yang diam-diam terus menjaga warisan tak ternilai. Namanya Pura Tambang Badung—bukan sekadar tempat suci, tapi juga tali spiritual yang menghubungkan generasi masa kini dengan para leluhur terdahulu.

Pura ini berdiri kokoh di Banjar Pemedilan Kerandan, Desa Pemecutan, Denpasar Barat. Letaknya strategis, berada tak jauh dari pusat aktivitas masyarakat, namun tetap menyimpan aura tenang dan sakral yang menyentuh hati siapa pun yang datang.

Jejak Sejarah dari Zaman Kerajaan

Dari cerita para tetua dan sumber sejarah, diketahui bahwa Pura Tambang Badung didirikan pada masa Kyai Jambe Pule, yang kelak dikenal sebagai Kyai Anglurah Pemecutan I. Ini menandakan bahwa keberadaan pura ini sudah ada sejak awal berdirinya Kerajaan Pemecutan. Artinya, ini bukan sekadar pura, melainkan pilar sejarah, fondasi spiritual kerajaan, dan rumah suci leluhur.

Di masa pemerintahan Kyai Anglurah Pemecutan III, atau yang dikenal sebagai Kyai Anglurah Maharaja Sakti, pura ini mengalami pemugaran dan perluasan besar-besaran. Sejak saat itu, Pura Tambang Badung resmi diempon oleh Puri Agung Pemecutan, menjadi pura kawitan, tempat suci utama bagi keluarga besar keturunan puri.

Tali Sejarah dan Kebersamaan Semeton

Hubungan antara Pura Tambang Badung dan Puri Agung Pemecutan tidak bisa dipisahkan. Di sinilah para leluhur disucikan, diingat, dan dimuliakan dalam upacara-upacara suci yang masih lestari hingga kini. Dan bagi keluarga besar Puri Tanjung Sari Pemecutan, yang merupakan bagian dari satu akar silsilah puri, Pura Tambang Badung adalah rumah spiritual yang sama—tempat kita semua menyatukan doa, menjaga warisan, dan mempererat rasa pesemetonan.

Di balik pelinggih-pelinggihnya yang agung, ada cerita tentang kekuatan, kebijaksanaan, dan kesetiaan para pendiri kerajaan. Setiap langkah di pelataran pura adalah langkah yang juga pernah dilalui oleh para leluhur. Setiap asap dupa yang naik ke langit adalah harapan dan restu yang kita panjatkan bersama, sebagai satu semeton, satu darah Pemecutan.

Simbol dan Tradisi Leluhur

Dua meriam tua bernama Gora dan Gori berdiri di depan candi bentar, bukan hanya sebagai simbol kekuatan, tapi juga sebagai penjaga warisan sejarah. Di dalam area utama pura, terdapat Pelinggih Hyang Ibu Candi, pelinggih yang sangat tua dan dipercaya menyimpan prasasti leluhur. Bangunan ini membawa kita menyadari bahwa yang kita rawat bukan hanya bangunan, tapi juga nilai dan pesan kehidupan dari zaman ke zaman.

Tradisi seperti tari baris tangklong dan siyat sampian terus hidup di sini, bukan hanya sebagai hiburan, tapi sebagai ritual pembersihan diri dan penanaman nilai-nilai ksatria bagi generasi muda.

Piodalan dan Momen Bersama

Piodalan utama jatuh pada Wraspati Kliwon Sungsang (Sugian Jawa), setiap 210 hari. Selain itu juga dirayakan saat Purnama Kapat dan Purnama Kedasa. Di hari-hari suci inilah, keluarga besar, termasuk semua semeton Puri Tanjung Sari, memiliki momen untuk bersatu dalam bhakti, saling menyapa, dan mempererat rasa jengah satu sama lain.

Mari Tetap Bersama

Di zaman yang serba cepat ini, mudah sekali terpisah oleh kesibukan dan jarak. Tapi Pura Tambang Badung tetap berdiri sebagai pengingat, bahwa kita berasal dari akar yang sama. Kita satu semeton, satu sumber kawitan, satu tanggung jawab menjaga warisan. Melalui pura ini, mari kita jaga rasa hormat, rasa jengah, dan rasa tresna antar keluarga.

Karena leluhur tak hanya meninggalkan kita nama dan darah, tapi juga jalan untuk pulang—dan salah satu jalannya adalah Pura Tambang Badung.

Artikel Terkait

Leave a Comment